‘Demi Alloh, saya
mengerjakan sendiri tugas mingguan ini dengan jujur, tidak menyontek pekerjaan
teman’
Nama : Dian Novita Sari
Nim / off : 110322420041/ N-H
S1 FISIKA
Indikator pencapaian Fisika
Poimer “pertemuan 2”
· Menjelaskan klasifikasi polimer
· Menganlisis struktur dan ikatan polimer
Pokok bahasan : Klasifikasi
polimer, Struktur dan ikatan
polimer
Ø
KLASIFIKASI
POLIMER
Polimer dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
Sumber
Berdasarkan sumbernya polimer dapat
dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu:
♦ Polimer Alam, yaitu polimer yang terjadi
secara alami. Contoh: karet alam, karbohidrat, protein, selulosa dan wol.
♦ Polimer Semi Sintetik, yaitu polimer yang
diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan kimia. Contoh: selulosa
nitrat (yang dikenal lewat misnomer nitro selulosa) yang dipasarkan dibawah
nama - nama “Celluloid” dan “guncotton”.
♦ Polimer sintesis, yakni polimer yang dibuat
melalui polimerisasi dari monomer - monomer polimer. Polimer sintesis
sesungguhnya yang pertama kali digunakan dalam skala komersial adalah dammar
Fenol formaldehida. Dikembangkan pada permulaan tahun 1900-an oleh kimiawan
kelahiran Belgia Leo Baekeland (yang telah memperoleh banyak sukses dengan
penemuanya mengenai kertas foto sensitif cahaya), dan dikenal secara komersial
sebagai bakelit. Sampai dekade 1920-an bakelit merupakan salah satu jenis dari
produk - produk konsumsi yang
dipakai luas, dan penemuannya meraih visibilitas yang paling mewah, yakni
dimunculkan di kulit muka majalah Time.
2.
Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya
Dibagi atas 3 kelompok yaitu:
ü
Polimer Linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama lainnya membentuk rantai polimer yang panjang.
ü
Polimer Bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang pada rantai utama.
ü
Polimer Berikatan Silang (Cross – linking), yaitu polimer yang
terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada
rantai utamanya. Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka akan
terbentuk sambung silang tiga dimensi yang sering disebut polimer jaringan.
Adakalanya pembentukan sambungan silang dilakukan
dengan sengaja melaluli proses industri untuk mengubah sifat polimer,
sebagaimana terjadi pada proses vulkanisasi karet. Banyak sistim polimer
sifatnya sangat ditentukan oleh pembentukan jaringan
tiga dimensi, seperti misalnya bakelit yang merupakan
damar mengeras – bahang fenol – metanal. Dalam sistim polimer seperti itu
pembentukan sambungan silang tiga dimensi terjadi pada tahap akhir produksi.
Proses ini memberikan sifat kaku dan keras
kepada polimer. Jika tahap akhir produksi melibatkan
penggunaan panas, polimer tergolong
mengeras – bahang dan polimer disebut
dimatangkan. Akan tetapi, beberapa sistim polimer dapat dimatangkan pada
keadaan dingin dan karena itu tergolong polimer
mengeras – dingin. Polimer lurus (hanya mengandung sedikit sekali
sambungan silang, atau bahkan tidak ada sama sekali) dapat dilunakkan dan
dibentuk melalui
pemanasan. Polimer seperti itu disebut polimer lentur – bahang.
3.
Berdasarkan Reaksi Polimerisasi Dibagi 2 yaitu:
o
Poliadisi, yaitu polimer yang terjadi karena
reaksi adisi. Reaksi adisi atau reaksi rantai adalah reaksi penambahan (satu
sama lain) molekul-molekul monomer berikatan rangkap atau siklis biasanya
dengan adanya suatu pemicu berupa radikal bebas atau
ion. Reaksi pembentukan teflon dari monomer-monomernya
tetrafluoroetilen, disebut reaksi
adisi. Perhatikan Gambar 7 yang
menunjukkan bahwa monomer
etilena mengandung ikatan rangkap dua, sedangkan di dalam polietilena
tidak terdapat ikatan rangkap dua.
Dalam reaksi polimerisasi adisi, umumnya melibatkan reaksi rantai . Mekanisme polimerisasi adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
o
Polikondensasi, yaitu polimer yang terjadi
karena reaksi kondensasi/reaksi bertahap.
Mekanisme reaksi polimer kondensasi identik dengan reaksi kondensasi senyawa bobot molekul rendah yaitu: reaksi dua gugus aktif dari 2 molekul monomer yang berbeda berinteraksi dengan melepaskan molekul kecil. Contohnya H2O. Bila hasil polimer dan pereaksi (monomer) berbeda fase, reaksi akan terus berlangsung sampai salah satu pereaksi habis. Contoh terkenal dari polimerisasi kondensasi ini adalah pembentukan protein dari asam amino.
4.
Berdasarkan Jenis Monomer
Dibagi atas dua kelompok
•
Kopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari
beberapa jenis monomer yang berbeda.
Kopolimer ini dibagi lagi atas empat kelompok yaitu:
#
Kopolimer acak.
Dalam kopolimer acak, sejumlah kesatuan berulang yang
berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer. - A - B - B - A - B - A - A
- A - B - A -
#
Kopolimer silang teratur.
Dalam kopolimer silang teratur kesatuan berulang yang
berbeda berselang - seling secara teratur dalam rantai polimer. - A - B - A - B
- A - B - A - B - A – B – A -
# Kopolimer blok. Dalam kopolimer blok kelompok
suatu kesatuan berulang berselang - seling dengan kelompok kesatuan berulang
lainnya dalam rantai polimer.
- A - A - A - B - B - B - A - A - A – B –
#
Kopolimer cabang/Graft Copolimer.
Yaitu kopolimer dengan rantai utama terdiri dari satuan berulang yang sejenis dan rantai cabang monomer yang sejenis.
5.
Berdasarkan Sifat Termal
Dibagi 2 yaitu:
§
Termoplastik, yaitu polimer yang bisa mencair
dan melunak. Hal ini disebabkan karena polimer - polimer tersebut tidak
berikatan silang (linier atau bercabang) biasanya bisa larut dalam beberapa
pelarut.
§
Termoset, yaitu polimer yang tidak mau mencair atau meleleh jika dipanaskan. Polimer - polimer termoset tidak bisa dibentuk dan tidak dapat larut karena pengikatan silang, menyebabkan kenaikan berat molekul yang besar. Contohnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:
Diantara plastik - plastik ini, hanya beberapa jenis
epoksi yang dikualifikasi sebagai plastik - plastik teknik. Polimer - polimer fenol – formaldehida dan urea – formaldehida dan poliester – poliester tak jenuh menduduki
sekitar 90% dari seluruh produksi.
6.
Berdasarkan Aplikasinya
Dibagi 3 kelompok yaitu:
•
Polimer komersial, yaitu polimer yang disintesis
dengan biaya murah dan diproduksi secara besar - besaran. Polimer komersial
pada prinsipnya terdiri dari 4 jenis polimer utama yaitu: Polietilena,
Polipropilena, Poli(vinil klorida), dan Polisterena. Polietilena dibagi menjadi
produk massa jenis rendah (< 0,94 g/cm3), dan produk massa jenis tinggi
(> 0,94 g/cm3). Perbedaan dalam massa jenis ini timbul dari strukturnya
yakni: polietilena massa jenis tinggi secara esensial merupakan polimer linier
dan polietilena massa jenis rendah bercabang. Plastik - plastik komoditi
mewakili sekitar 90% dari seluruh produksi termoplastik dan sisanya terbagi
diantara kopolimer stirena – butadiena, kopolimer akrilonitril – butadiena –
stirena (ABS), poliamida dan poliester.
•
Polimer teknik, yaitu polimer yang memiliki
sifat unggul tetapi harganya mahal. Konsumsi plastik teknik kimia hingga akhir
tahun 1980-an mencapai kira - kira 1,5 x 109
kg/tahun
diantaranya poliamida, polikarbonat, asetal, poli(fenilena oksida) dan
poliester mewakili sekitar 99% dari pemasaran. Yang tidak diperhatikan adalah
bahan - bahan berkualitas teknik dari kopolimer akrilonitril – butadiena –
stirena, berbagai polimer terfluorinasi dan sejumlah kopolimer serta bahan
paduan polimer yang meningkat jumlahnya. Ada banyak kesamaan dalam pasaran
plastik - plastik teknik tetapi plastik - plastik ini dipakai terutama dalam
bidang transportasi seperti (mobil, truk, pesawat udara), konstruksi
(perumahan, instalasi pipa ledeng, perangkat keras), barang - barang listrik
dan elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin - mesin industri dan barang -
barang konsumsi. Selain polimer - polimer yang telah diperlihatkan, kopolimer
dan paduan polimer teristimewa yang disesuaikan untuk memperbaiki sifat (mutu)
semakin bertambah jumlahnya. Pemasaran plastik - plastik teknik tumbuh dengan
cepat dengan proyeksi pemakaian yang meningkat hingga 10% per tahun. Contoh
Polimer teknik yang utama dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut.
•
Polimer dengan tujuan khusus, yaitu polimer yang memiliki sifat spesifik yang unggul dan dibuat untuk keperluan khusus. Contoh: alat-alat kesehatan seperti termometer/timbangan.
Ø STRUKTUR DAN IKATAN POLIMER
Pengulangan
bahan polimer dipengaruhi oleh sifat polimer.
Sifat-sifat
polimer tersebut antara lain:
1.
Pertumbuhan rantai polimer bersifat acak.
Penyusunan molekul polimer mempunyai sifat struktur
yang berbeda pengaruhnya, dikarenakan massa atom relatif polimer merupakan nilai rata-rata dari
monomer-monomer penyusunnya, sehingga mengakibatkan pertumbuhan rantai menjadi
acak.
2.
Dalam satu bahan polimer dimungkinkan terdapat 2
daerah yaitu:
-Daerah teratur
-Daerah tidak teratur
Kalau rantai
teratur disebut: kristal. Kalau rantai tidak teratur disebut: amorf. Salah satu
cara untuk mengetahui kristal dan amorf yaitu (secara visual): kristal: keras
dan amorf: tak keras
3.
Rantai polimer yang keras dapat saling mendekati
dengan jarak yang lebih pendek dibandingkan dengan rantai polimer yang
bercabang.
4.
Polimer dengan kesatuan yang teratur dengan gaya
antaraksi yang tinggi akan memiliki kekristalan dan gaya tegang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekristalan:
v
Larutan polimer
Jika larutan polimer encer maka jarak antara satu
molekul dengan molekul yang lain dalam rantai polimer saling berjauhan.
Akibatnya ruang rantai tidak bersifat kristal. Jika polimer pekat, maka jarak
antara molekulnya saling berdekatan sehingga mengakibatkan keteraturan ruang
yang lebih bersifat kristal.
v
Gaya antar rantai
o
Efek induksi
o
Gaya London
Gaya yang terjadi akibat tidak tersebar meratanya
elektron di seputar intinya karena lebih banyak elektron pada satu sisi
daripada sisi lainnya sehingga terjadi tarikan antar rantai.
o
Ikatan Hidrogen
Ikatan yang terjadi antara atom O dan atom H.
o
Ikatan intra molekul dan antar molekul adalah
ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus - gugus pada rantai yang sama.
v
Derajat kekristalan
Derajat kekristalan dapat ditentukan dengan cara
hamburan sinar-X.
v
Keteraturan struktur molekul
v
Taksisitas.
Ada dua golongan susunan geometris rantai yang perlu
diperhatikan dalam mempelajari sifat dan struktur molekul polimer:
Konfigurasi lain adalah yang disebabkan oleh atom C*
(C asimetri, >C<BA, A#B), yang terdapat pada rantai polimer.
Ini mengakibatkan terjadinya bentuk isomer D dan L dan perubahan taksisitas
rantai polimer yakni perubahan struktur yang berhubungan dengan perubahan
susunan gugus >C<BA. Bila diujung rantai polimer setiap atom
karbon asimetri berkonfigurasi ruang sama (D dan L) struktur rantai disebut
isotaktik. Rantai sindiotaktik terbentuk bila ada dua atom karbon asimetri
berdekatan berkonfigurasi ruang atau bangunan (D dan L), sedangkan polimer
ataktik tidak mempunyai konfigurasi ruang yang beraturan.
Di samping hal di atas, perbedaan struktur rantai polimer mungkin dapat terjadi selama polimerisasi (terutama dari hasil polimerisasi adisi). Bila kedua atom atau gugus pada ujung ikatan rangkap suatu monomer tidak setara (kepala dan ekor), maka kemungkinan adisi molekul monomer ke monomer lainnya dapat berlangsung secara kepala ke kepala, kepala ke ekor atau ekor ke ekor.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar